- BAZNAS Cianjur Salurkan Paket Sembako untuk Pedagang Bomero yang Direlokasi ke Pasar Induk Jebrod
- Kadis Kesehatan Cianjur Tinjau Layanan Gratis Puskesmas DTP Cidaun
- Bahaya Makanan Instan bagi Anak Bisa Jadi Pemicu Stunting
- Pola Makan Sehat dan Piring Seimbang: Langkah Kunci Mengurangi Stunting
- Rokok dan Stunting: Ancaman Ganda bagi Kesehatan Ibu dan Anak
- Strategi Menyeluruh dalam Menanggulangi Stunting demi Masa Depan Anak yang Lebih Sehat
- Presiden Prabowo: Pendidikan dan Pemberdayaan Kunci Pengentasan Kemiskinan
- Pemerintah Dorong Peningkatan Kesadaran Masyarakat Tangani Stunting
- Pemkab Cianjur Berupaya Tekan Angka Stunting melalui Intervensi Spesifik dan Sensitif
- Cianjur Siapkan Sekolah Rakyat untuk Meningkatkan Akses Pendidikan
Mengenal Intentional Camera Movement (ICM), Seni dalam Foto Blur
Penulis: Deden Adrian

Keterangan Gambar : Foto ICM dengan pergerakan kamera diputar. Foto: getolympus.com/Lisa Merrill
pinusnews.id Bandung - Bentuk ekspresi yang dituangkan seseorang dalam karya seni memang sangat beragam. Banyak hal unik yang dapat kita temukan ketika melihat suatu karya seni yang terkadang sulit untuk ditafsirkan. Seperti halnya dalam fotografi, terdapat genre yang tidak biasa yaitu Intentional Camera Movement (ICM), pergerakan kamera yang disengaja.
ICM merupakan genre yang mengedepankan cahaya, warna, dan bentuk. Meski terkadang kita akan menemukan foto yang terkadang tidak memiliki bentuk sama sekali melainkan hanya garis-garis warna saja. Hal itu tidak masalah dalam fotografi ICM, karena dalam prakteknya terkadang kita sendiri yang membuat bentuk dengan cahaya dan warna dengan gerakan kamera.
Dilansir giacomobucci.it, eksperimen pertama ICM dilakukan futuris italia pada tahun 1930an. Hingga pada abad ke 20an beberapa fotografer mulai mencoba memproduksi seni foto blur ini. Salah satunya Giacomo Bucci sejak tahun 70-an telah mendikasikan untuk fokus pada bidang fotografi ICM.
Baca Lainnya :
- Resmi! Haedar Nashir Kembali Terpilih Sebagai Ketum PP Muhammadiyah
- Jangan Remehkan Insomnia! Kenali dan Coba Sembuhkan Tanpa Obat
- Lirik dan Terjemah Soundtrack Piala Dunia Qatar 2022
- Kisah Penduduk Kota Sodom dan Gomorah
- Keberadaan Pabrik Membuat Macet Laju Kendaraan
Praktek pembuatan foto ICM tidak begitu sulit, hampir sama dengan teknik fotografi lain yang mengandalkan shutter lambat, seperti panning, zooming, dan bluring. Pengambilan foto ICM yang tepat adalah dengan memerhatikan gerakan kamera dan jenis subjek foto, agar menghasilkan foto yang ideal.
Pengaturan kamera untuk memotret ICM bisa menggunakan Shutter Speed mulai dari 1-1/10 detik, dengan aperture dan ISO yang menyesuaikan keadaan. Jika malam hari maka pakai aperture berada pada bukaan besar, sebaliknya jika siang hari atau pencahayaan cukup maka aperture berada pada bukaan kecil. Selanjutnya pengaturan ISO tidak lebih dari 800, untuk meminimalisir noise.
Cara memotret ICM setelah menggunakan settingan diatas, kita cukup menggerakan kamera secara perlahan. Terdapat beberapa gerakan yang bisa dipraktekkan pada fotografi ICM, diantaranya:
1. Gerakan Panning, gerakan mengikuti subjek foto.
2. Gerakan Horizontal, menggerakan kamera ke kiri atau ke kanan.
3. Gerakan Vertikal, menggerakan kamera ke atas atau ke bawah.
4. Gerakan Zooming, menggerakan kamera zoom in dan zoom out.
5. Gerakan tak beraturan
Perencanaan teknis tidak cukup untuk memberikan nilai artistik pada foto ICM, dibutuhkan juga imajinasi dan intuisi sang fotografer. Foto ICM bisa dikatakan bagus ketika mampu menyampaikan emosi kepada orang yang melihatnya. Satu hal unik dalam foto ICM ialah tidak adanya proses editing pasca produksi fotonya, bahkan jika dilakukan akan merusak esensi seni di dalamnya, karena foto ICM merupakan gabungan dari fotografi dan seni grafis.
Sumber: https://www.giacomobucci.it/intentional-camera-movement/
Editor: Arsila Fadwi











