- Bupati Cianjur Lepas 200 Pekerja Migran Indonesia Kerja dan Magang di Jepang
- Bupati Wahyu: Akan Terapkan Donasi Rp1000 Dimulai dari Lingkungan Pemda Cianjur
- KDM: Gerakan Poe Ibu Bukan Baru, Hanya Menghidupkan Kembali Tradisi Gotong Royong
- Choirul Anam: FKUB Cianjur Persiapkan Dua Acara Besar Sambut Hari Toleransi Internasional 2025
- Abi Ramzi: TMMD Wadah Kolaborasi Strategis antara TNI dan Pemerintah Daerah
- Ini di Jawa Barat, Aplikasi Nyari Gawe Permudah Akses ke Lapangan Kerja
- Presiden Prabowo Dorong Pembangunan Papua, Sinergi Pemerintah Daerah dan Komite Eksekutif
- Kembalikan Fungsi Bomero Citywalk Ruang Publik, 213 Pedagang Pindah Ke Pasar Induk
- KDM Tegaskan Gerakan Rereongan Poe Ibu Bersifat Sukarela
- Presiden Prabowo Apresiasi Kinerja Aparat, Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara untuk Rakyat
I\'tikaf Amalan Sunnah yang Terlupakan dengan Keutamaan Besar

Keterangan Gambar : Torik Imanurdin.
Torik Imanurdin,S.Pd.,M.Pd. Alumni SSG III Darut Tauhid Bdg
I’tikaf adalah salah satu ibadah sunnah yang memiliki keutamaan besar, namun sayangnya kurang populer di kalangan umat Islam. Banyak Muslim yang belum terbiasa mengamalkannya, padahal Rasulullah ﷺ sendiri senantiasa melakukannya, terutama di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Keutamaan I’tikaf
Baca Lainnya :
- Razia ke Karaoke, Polres Cianjur Amankan Enam Orang Pemakai Narkoba
- Material Longsoran Dibersihkan, Jalur Naringgul Cianjur Bisa Dilintasi
- Polres Cianjur Razia Tempat Hiburan, Tamu dan Pemandu Lagu Kelabakan
- Satpol PP Cianjur Amankan Pengedar Miras dan Obat Faftar GÂ
- Tempat Limbah Mebel di Sukaluyu Musnah Terbakar
I’tikaf merupakan bentuk penghambaan kepada Allah dengan berdiam diri di masjid, menjauh dari kesibukan dunia, dan fokus dalam ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur'an, serta berzikir. Amalan ini sangat dianjurkan karena dapat mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh keutamaan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Rasulullah ﷺ selalu melaksanakan i’tikaf, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha:
كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَعْتَكِفُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ، حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
"Nabi ﷺ biasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga Allah mewafatkannya. Kemudian istri-istrinya beri'tikaf setelahnya." (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).
Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَعْتَكِفِ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ
"Barang siapa yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka hendaklah ia beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir (Ramadhan)." (HR. Bukhari no. 2040).
Mengapa I’tikaf Kurang Diminati?
Ada beberapa alasan mengapa i’tikaf kurang populer di kalangan umat Islam:
1. Kesibukan Duniawi – Banyak Muslim lebih sibuk dengan pekerjaan dan rutinitas dunia sehingga sulit meluangkan waktu untuk beri’tikaf.
2. Kurangnya Pemahaman – Tidak sedikit orang yang menganggap i’tikaf sebagai ibadah berat atau hanya khusus bagi para ulama.
3. Minimnya Motivasi – Tidak banyak yang menyadari bahwa i’tikaf adalah kesempatan emas untuk memperoleh ampunan dan pahala besar.
Akhirulkalam
I’tikaf adalah amalan yang sangat dianjurkan, terutama pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Meskipun kurang populer, keutamaannya sangat besar, terutama dalam mendekatkan diri kepada Allah dan meraih keberkahan Lailatul Qadar. Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam kembali menghidupkan sunnah ini dan menjadikannya bagian dari ibadah di bulan Ramadhan.
