Feodalisme dan Bullyng Pekerjaan

26 Jun 2022, 09:19:45 WIB Sekitar Kita
Feodalisme dan Bullyng Pekerjaan

Keterangan Gambar : Lilis Nuraeni, penulis artikel.


pinusnews.id Cianjur -Kita semua bekerja untuk mencari nafkah menghidupi diri dan keluarga. Semua profesi, pekerjaan apabila tidak melanggar hukum, norma sosial, dan norma agama tentu mulia.


Kadang diantara kita suka lupa  membanding-bandingkan suatu profesi atau pekerjaan berdasarkan kelas sosial, sehingga sering suatu pekerjaan ada yang dianggap rendahan, dinafikan bahkan kadang secara tidak sadar dijadikan bullyan. 

Baca Lainnya :


Variatifnya profesi dan pekerjaan karena kebutuhan manusia beragam. Perkembangan jaman menuntut suatu profesi dan pekerjaan yang dahulu tidak ada dalam kekinian muncul. Tahun 80an  tidak ada istilah programmer, sebab programmer diidentikkan dengan suatu aktivitas mendesain suatu program, yang berbasis atau dengan media komputer. Teknologi komputer di Indonesia baru mulai dikenal pada tahun 90an.


Mulai tahun 90an pula di berbagai daerah di Indonesia mengenal pekerjaan tukang ojeg. Pekerjaan "ongkos ngajegang" tersebut karena adanya kemudahan kepemilikan sepeda motor. 


Perusahaan rakitan roda dua dengan Investasi "direct Investment" mulai tumbuh berkembang, memproduksi kendaraan bermotor roda dua dan roda empat. Masyarakat berpeluang memiliki sepeda motor dengan cara kredit. 


Profesi programmer dan pekerjaan tukang ojeg merupakan profesi dan pekerjaan baru, seiring dengan dinamika kekinian teknologi. Programmer adalah kosa kata baru karena adanya penemuan teknologi. Begitu pun kosa kata tukang ojeg, adalah pekerjaan yang relatif baru pula mengikuti banyaknya pabrik rakitan sepeda motor di Indonesia.


Menekuni profesi, pekerjaan terkait dengan pendidikan, keterampilan seseorang. Dalam konsep ketenagakerjaan ada 3 jenis tenaga kerja; 1. Tenaga kerja terdidik (melalui pendidikan khusus dan berjenjang, biasanya sampai dengan jenjang pendidikan tinggi) 2.Tenaga kerja terampil Sekolah vokasi, kursus).3. Tenaga kerja tidak terdidik, tidak terampil (lebih ke tenaga kasar, fisik).


Pekerjaan yang diasumsikan marginal, baik secara ilmu, dan implikasi penerimaan balas jasa ekonomi seperti pekerjaan buruh dan tukang. Buruh dan tukang pun yang banyak macam ragamnya. 


Tampak nyata bahwa kehidupan sehari-hari buruh dan tukang memiliki peran dan fungsi strategis. Bagaimana mungkin dapat memiliki hunian yang nyaman tanpa tukang bangunan. Bagaimana mungkin efisien menjangkau suatu tempat tanpa tukang ojeg. Bagaimana mungkin lidah terpuaskan untuk yang suka jajan baso, yang familiar dan enak di lidah tanpa tukang baso dan seterusnya.


Maka semua pekerjaan dan profesi mulia, dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia. Stop, menganalogikan suatu pekerjaan halal dengan karakter buruk, untuk membuly orang lain. Kebiasaan buruk ini mencederai hakikat penghargaan kemanusiaan. Menganggap pekerjaan terampil,  kasar rendah itu bentuk feodalisme yang harus dikikis, dan dihilangkan. 


Peran suatu pekerjaan apapun jenisnya pasti memiliki posisi strategis dan penting untuk pemenuhan kebutuhan manusia. (Lilis Nuraeni-Bumi Emas).




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment